Posted in

Sungai Surabaya Tercemar, 31% Limbah Berasal Dari Popok dan Pembalut

Sungai Brantas di Surabaya semakin tercemar, hasil riset Bank Dunia menunjukkan 31 persen limbahnya berasal dari popok dan pembalut.

Sungai-Surabaya-Tercemar,-31%-Limbah-Berasal-Dari-Popok-dan-Pembalut

Angka ini menjadikan Surabaya sebagai kota dengan tingkat pencemaran limbah popok tertinggi di Indonesia, disusul oleh Manado 26,4 persen dan Makassar 23,7 persen.

Dibawah ini Anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya tentang seputaran Info Kejadian Surabaya.

Dampak Serius Bagi Ekosistem dan Kualitas Air

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menyampaikan keprihatinannya terhadap meningkatnya jumlah limbah popok dan pembalut di Sungai Brantas. Ia menegaskan bahwa sampah jenis ini tidak dapat terurai secara alami dan kerap dibuang langsung ke aliran sungai, menyebabkan gangguan serius pada ekosistem perairan dan penurunan kualitas air baku.

“Dari data yang kita miliki, Surabaya menjadi kota dengan jumlah limbah popok dan pembalut terbanyak di sungai. Sampah ini tidak bisa didaur ulang dan setiap harinya petugas kebersihan harus mengangkat berton-ton popok bayi dan pembalut dari sungai,” ujar Eri Cahyadi, Selasa (14/10/2025).

Ia juga menyoroti bahwa pencemaran tersebut berdampak langsung pada kualitas air baku PDAM yang diambil dari Sungai Brantas. “Kalau sungai tercemar, otomatis kualitas air PDAM juga menurun. Petugas kebersihan setiap hari mengambil popok dari sungai, tapi masalahnya tidak pernah selesai,” tambahnya.

Pencemaran limbah non-organik seperti popok sekali pakai juga mengancam kehidupan biota sungai. Mikroplastik dari bahan popok dan pembalut dapat terurai menjadi partikel halus yang masuk ke rantai makanan dan berdampak pada kesehatan manusia dalam jangka panjang.

Upaya Pemkot Surabaya Mengubah Pola Pikir Masyarakat

Sebagai langkah awal penanganan, Pemerintah Kota Surabaya mulai melakukan sosialisasi masif tentang bahaya limbah popok dan pembalut sekali pakai. Sosialisasi ini menyasar kelompok ibu-ibu rumah tangga, rumah sakit, serta fasilitas umum yang banyak menggunakan produk tersebut.

Wali Kota Eri menekankan pentingnya mengubah pola pikir masyarakat agar tidak lagi bergantung pada produk sekali pakai. “Kami ingin mengajak ibu-ibu dan para wanita untuk beralih menggunakan produk yang bisa dicuci dan dipakai ulang. Selain ramah lingkungan, juga lebih hemat dalam jangka panjang,” tuturnya.

Sejak tahun lalu, Pemkot telah menggandeng sejumlah pihak untuk menjalankan program ini, termasuk kerja sama dengan rumah sakit dan kelompok wanita di Kecamatan Wonokromo serta Pabean Cantikan. Mereka dilatih untuk memproduksi dan memanfaatkan popok serta pembalut kain yang dapat digunakan berulang kali.

Baca Juga: Komplotan Geng Motor Bersenjata Tajam Serang Warga Dan Rampas Motor Di Surabaya

Kolaborasi Dengan Komunitas dan Produsen Ramah Lingkungan

Kolaborasi-Dengan-Komunitas-dan-Produsen-Ramah-Lingkungan

Dalam upaya memperluas dampak, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya berkolaborasi dengan gerakan sosial dan produsen popok ramah lingkungan. Kolaborasi ini tidak hanya bertujuan mengurangi limbah, tetapi juga memberdayakan masyarakat, terutama ibu-ibu rumah tangga dan penyandang disabilitas.

Mereka dilibatkan dalam proses produksi popok dan pembalut kain ramah lingkungan yang dibuat secara mandiri di Surabaya. Produk ini kini mulai diterima oleh sejumlah rumah sakit dan fasilitas kesehatan di kota tersebut.

“Saya ingin menunjukkan bahwa ini adalah produk karya warga Surabaya, termasuk penyandang disabilitas. Produk ini telah diterima dengan baik oleh rumah sakit dan membantu mengurangi penyakit yang disebabkan oleh limbah tidak higienis,” kata Eri.

Selain aspek lingkungan, program ini juga memberikan manfaat ekonomi dan sosial, karena membuka peluang usaha baru bagi kelompok masyarakat yang sebelumnya sulit mendapatkan pekerjaan.

Harapan Menuju Kota Surabaya yang Lebih Bersih dan Sehat

Melalui program kolaboratif dan edukatif ini, Pemerintah Kota Surabaya berharap dapat menurunkan persentase limbah popok dan pembalut di sungai secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan.

Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat, penggunaan produk ramah lingkungan, dan dukungan dari berbagai pihak, bukan tidak mungkin Surabaya bisa menjadi contoh kota besar yang sukses menekan pencemaran sungai akibat limbah rumah tangga.

“Produk popok dan pembalut kain yang diproduksi warga ini terbukti efektif, diterima rumah sakit, dan mengurangi dampak pencemaran. Kami ingin menjadikan ini sebagai produk unggulan kota yang tidak hanya ramah lingkungan, tapi juga membanggakan,” tutup Eri Cahyadi.

Kesadaran kolektif masyarakat menjadi kunci utama. Setiap langkah kecil, seperti memilih produk yang dapat digunakan ulang atau tidak membuang sampah ke sungai. Akan membawa dampak besar bagi kelestarian lingkungan dan kualitas hidup warga Surabaya di masa depan.

Simak dan ikuti berita terupdate lainnya tentang Surabaya dan sekitarnya secara lengkap tentunya terpecaya hanya di Info Kejadian Surabaya.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari idntimes.com
  2. Gambar Kedua dari detik.com