Posted in

Diduga Alami Gangguan Jiwa, Anak Bunuh Ayah-Ibu di Surabaya

Kasus tragis terjadi di Desa Pomahan, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur seorang pria diduga menghabisi nyawa kedua orang tuanya sendiri.

Diduga-Alami-Gangguan-Jiwa,-Anak-Bunuh-Ayah-Ibu-di-Surabaya

Penemuan mayat bermula ketika anak sulung korban, Harti, mencurigai sikap tertutup Sukar yang tidak mengizinkan dirinya menjenguk orang tua mereka, hingga akhirnya warga bersama Ketua RT mendobrak masuk rumah dan menemukan kedua korban sudah tidak bernyawa.

Dibawah ini akan membahas beberapa ulasan lengkapnya hanya di .

Kronologi Penemuan Mayat

Penemuan jasad pasangan suami istri Kaseno dan Sarilah bermula ketika anak sulung korban, Harti, berniat menjenguk orang tuanya pada hari kejadian. Namun, setibanya di rumah, ia justru dihalangi masuk oleh adiknya, Sukar, yang merupakan terduga pelaku.

Kecurigaan semakin besar karena Sukar bersikap tertutup dan tidak memperbolehkan siapa pun menemui kedua orang tuanya. Harti kemudian melapor kepada Ketua RT setempat dan meminta bantuan warga untuk memastikan kondisi orang tuanya.

Setelah pintu rumah berhasil didobrak bersama warga, pemandangan mengerikan pun terungkap. Kedua korban ditemukan tergeletak di dalam kamar dengan kondisi sudah tidak bernyawa. Tubuh mereka ditutupi kain jarik dan selimut, sementara di bagian belakang kepala terdapat luka yang diduga akibat pukulan benda tumpul.

Penemuan tersebut langsung dilaporkan kepada aparat kepolisian, yang segera melakukan olah tempat kejadian perkara dan mengevakuasi jenazah untuk keperluan autopsi.

Dugaan Gangguan Jiwa

Warga dan perangkat desa menyebut bahwa Sukar sejak kecil memang menunjukkan gejala gangguan jiwa. Ia tidak pernah mengikuti pendidikan formal. Dari keterangan Ketua RT dan Kepala Desa, kondisi psikisnya sudah tidak stabil sejak lama. Ini membuat masyarakat dan aparat mulai menyelidiki apakah dugaan gangguan jiwa (ODGJ) yang tidak pernah ditangani secara serius menjadi pemicu utama tragedi ini.

Pihak kepolisian, melalui Satreskrim Polres Ponorogo, segera mengamankan Sukar untuk pemeriksaan lebih lanjut. Selama ini, prosedur sedang dilakukan, termasuk autopsi terhadap kedua korban untuk menentukan penyebab kematian sebenarnya.

Pemeriksaan psikiatrik terhadap pelaku dipandang penting untuk memastikan apakah kondisi gangguan jiwa benar-benar mempengaruhi tindakan kekerasan tersebut, serta menentukan aspek pertanggungjawaban hukum.

Baca Juga: Buka-Bukaan Pemilik Kos Usai Jadi TKP Alvi Mutilasi Tiara di Jatim

Penyelidikan Hukum Pelaku

Penyelidikan Hukum Pelaku

Setelah peristiwa tragis itu terungkap, aparat kepolisian segera mengamankan Sukar, anak kandung korban yang diduga menjadi pelaku. Ia dibawa ke Polsek Pulung untuk pemeriksaan awal sebelum kemudian diserahkan ke Polres Ponorogo guna pendalaman kasus.

Tim Inafis Polres Ponorogo juga dikerahkan untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), sementara jenazah kedua korban dibawa ke rumah sakit untuk diautopsi. Autopsi dilakukan guna memastikan penyebab pasti kematian, terutama terkait luka di bagian kepala yang kuat diduga akibat hantaman benda tumpul.

Dalam proses penyelidikan, polisi mendapati bahwa Sukar memberikan keterangan yang berubah-ubah, mulai dari menyebut melihat ular besar yang membelit kedua orang tuanya hingga mengaku memukul korban dengan kayu maupun linggis.

Karena ada indikasi kuat pelaku mengalami gangguan kejiwaan, penyidik juga berkoordinasi dengan tim medis untuk melakukan pemeriksaan psikologis lebih lanjut. Langkah ini penting untuk menentukan apakah pelaku dapat dimintai pertanggungjawaban pidana penuh atau memerlukan penanganan khusus sesuai ketentuan hukum bagi orang dengan gangguan jiwa.

Pengakuan Hingga Motif Sementara

Dalam pemeriksaan awal, pelaku mengaku bahwa ia melihat ular besar masuk ke dalam rumah dan membelit kedua orang tuanya. Karena panik, pelaku mengklaim mengambil benda tumpul untuk melawan ular tersebut, dan mengakibatkan kematian korban.

Namun, keterangan ini masih berubah-ubah; kadang mengaku menggunakan kayu, kadang linggis. Aparat kepolisian menegaskan bahwa keterangan dari pelaku harus dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan forensik dan medis.

Kasus ini mengundang pertanyaan besar tentang kesiapan masyarakat dan sistem kesehatan mental di daerah-daerah. Perubahan perilaku yang tampaknya signifikan seharusnya menjadi sinyal dini yang mendapat perhatian khusus, baik dari keluarga, tetangga, maupun pihak berwenang.

Selain itu, kejelasan hukum perlu ditegakkan agar kebenaran motif dan kondisi psikologis pelaku dapat diungkap secara transparan terhadap publik, dan agar keadilan bagi korban dan keluarga mereka terpenuhi.

Untuk informasi terkini dan lengkap mengenai berbagai kejadian penting di Surabaya, termasuk insiden keamanan dan bencana alam, kalian bisa kunjungi Info Kejadian Surabaya sekarang juga.


Sumber Informasi Gambar:

  • Gambar Utama dari news.detik.com
  • Gambar Kedua dari www.antaranews.com