Posted in

Surabaya Kembali Terendam Banjir, Ahli Unair Soroti Tata Kelola Air Kota

Hujan deras kembali menggenangi sejumlah wilayah di Surabaya, termasuk Rungkut, Mulyorejo, dan Medokan Ayu, dengan ketinggian air mencapai 40-60 cm.

Surabaya Kembali Terendam Banjir, Ahli Unair Soroti Tata Kelola Air Kota

Pakar Universitas Airlangga menyoroti perlunya tata kelola air kota yang lebih berkelanjutan, termasuk pemanfaatan ruang hijau, sumur resapan, dan integrasi kebijakan tata ruang.

Berikut ini Info Kejadian Surabaya akan membahas peristiwa kejadain yang terviral dan terbaru.

Sejumlah Area di Surabaya Terendam Banjir

Hujan deras yang mengguyur Surabaya beberapa hari terakhir menyebabkan sejumlah wilayah kembali tergenang banjir. Beberapa kawasan seperti Rungkut, Mulyorejo, dan Medokan Ayu dilaporkan terdampak dengan ketinggian air mencapai 40 hingga 60 sentimeter.

Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Surabaya telah menurunkan petugas untuk membantu penyedotan air di sejumlah titik rawan. Meski genangan mulai surut pada malam hari, aktivitas warga sempat terganggu selama beberapa jam akibat tingginya curah hujan.

Sebagian warga menilai banjir di Surabaya bukan hal baru. Meski pemerintah kota telah melakukan normalisasi saluran dan pembangunan pompa air, intensitas hujan yang tinggi disertai luapan sungai membuat beberapa kawasan tetap tergenang. Situasi ini kembali menjadi sorotan publik menjelang puncak musim hujan tahun ini.

Pandangan Ahli Universitas Airlangga

Pakar lingkungan Universitas Airlangga (Unair), Dr. Dwi Hananto, menilai masalah banjir di Surabaya tidak hanya disebabkan oleh faktor cuaca, tetapi juga tata kelola lingkungan yang belum optimal. Menurutnya, pembangunan yang pesat sering kali tidak diimbangi dengan keseimbangan ekologi dan sistem pengairan berkelanjutan.

Ia menjelaskan bahwa berkurangnya daerah hijau dan ruang resapan air menjadi penyebab utama meningkatnya risiko banjir. Banyak area yang sebelumnya berfungsi sebagai lahan terbuka kini berubah menjadi kawasan komersial dan permukiman padat. Pola ini membuat air hujan sulit meresap ke tanah.

Surabaya perlu menerapkan sistem pengelolaan air terpadu yang berbasis keberlanjutan. Selain pembangunan infrastruktur drainase, penting juga menata ulang tata ruang kota agar resapan air alami tidak semakin berkurang, jelas Dr. Dwi dalam diskusi terbuka di kampus Unair.

Baca Juga: Pasar Murah Surabaya, Senyum Lega Di Tengah Kebutuhan

Manajemen Air Perlu Mengutamakan Lingkungan

Manajemen Air Perlu Mengutamakan Lingkungan

Menurut Dr. Dwi, konsep urban water management perlu segera diadopsi oleh pemerintah kota untuk menghadapi perubahan iklim yang memicu cuaca ekstrem. Sistem ini menekankan konservasi air hujan melalui sumur resapan, taman kota, dan kolam retensi. Cara tersebut terbukti efektif mengurangi limpasan air di berbagai kota besar di Indonesia.

Ia menambahkan, pengelolaan air perkotaan juga harus melibatkan masyarakat. Edukasi tentang pentingnya menjaga saluran air, tidak membuang sampah sembarangan, serta menjaga kebersihan sungai menjadi langkah awal yang sederhana namun berdampak besar. Tanpa dukungan publik, semua upaya teknis akan sulit membuahkan hasil.

Selain itu, integrasi antara kebijakan tata ruang dan mitigasi banjir harus berjalan seimbang. Pemerintah kota dapat menggandeng akademisi, komunitas, dan sektor swasta dalam memperkuat sistem drainase. Langkah kolaboratif ini akan membantu Surabaya beradaptasi terhadap tantangan iklim tanpa mengorbankan pembangunan ekonomi.

Harapan dan Langkah Ke Depan

Pemerintah Kota Surabaya menyambut baik masukan dari akademisi Unair. Melalui Dinas Lingkungan Hidup, pemkot berencana memperluas area hijau serta mempercepat program pembangunan sumur resapan di daerah padat penduduk. Upaya ini sejalan dengan target Surabaya menjadi kota berketahanan iklim pada 2030.

Selain infrastruktur, Pemkot juga menyiapkan program pendidikan lingkungan di sekolah untuk menumbuhkan kesadaran sejak dini. Warga diharapkan aktif berpartisipasi menjaga kebersihan sungai dan memantau kondisi saluran air di lingkungan masing-masing.

Pakar Unair menegaskan, kunci utama penanganan banjir Surabaya adalah kesinambungan kebijakan. Program pencegahan tidak boleh bersifat reaktif, melainkan dijalankan secara konsisten sepanjang tahun. Dengan pengelolaan air yang berkelanjutan dan melibatkan semua pihak.

Simak dan ikuti berita terupdate lainnya tentang Surabaya dan sekitarnya secara lengkap tentunya terpercaya hanya di Info Kejadian Surabaya.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari surabaya.kompas.com
  2. Gambar Kedua dari www.tempo.co